Survey Keanekaragaaman Hayati 2025
BIODIVERSITY PLN NUSANTARA POWER UP INDRAMAYU TAHUN 2025
RINGKASAN EKSEKUTIF
PT PLN Nusantara Power UP Indramayu melakukan kegiatan pemantauan terhadap flora dan fauna dalam rangka memenuhi informasi keanekaragaman hayati terkini serta sebagai pembangun informasi yang berkelanjutan. Kegiatan monitoring keanekaragaman hayati flora dan fauna dilakukan di tiga zona, yaitu Zona Inti, Zona Penyangga, dan Zona Pemanfaatan. Zona Inti adalah kawasan vital yang fungsinya untuk produksi. Zona Penyangga adalah kawasan untuk menopang berjalannya fungsi-fungsi pada zona inti. Zona ini memiliki aksebilitas yang lebih terbuka dari pada zona inti dan keanekaragaman hayatinya sudah lebih tinggi dari pada zona inti. Zona pemanfaatan adalah wilayah yang diharapkan sebagai pusat keanekaragaman hayati dan habitatnya berbagai jenis flora dan fauna. Pengambilan data dilakukan menggunakan beberapa metode berbeda didasarkan kepada jenis flora dan fauna yang akan dipantau.
Metode yang digunakan diantaranya:
1. Flora Pengambilan data tumbuhan dilakukan menggunakan teknik sensus, penarikan unit contoh (sampling), dan eksplorasi;
2. Mamalia Pengambilan data mamalia dilakukan menggunakan metode line transek atau sampel transek jalur dan pemasangan camera trap;
3. Burung Pengambilan data burung dilakukan menggunakan metode IPA (Indices Point Abundance) atau titik hitung;
4. Herpetofauna Pengambilan data herpetofauna dilakukan dengan metode aktif menggunakan metode Visual Encounter Survey (VES) dan eksplorasi pada lokasi-lokasi yang memiliki potensi ditemukannya herpetofauna.
5. Serangga Pengambilan data capung dan kupu-kupu dilakukan menggunakan transect (transek jalur) dan survei perjumpaan visual dengan lokasi yang berpotensi ditemukannya capung dan kupu-kupu, kolam, sumber air, vegetasi rerumputan, taman berkanopi tinggi.
Hasil pemantauan dan perhitungan flora dan fauna di Kawasan PT PLN Nusantara Power UP Indramayu tahun 2025 tersaji pada tabel berikut:
| Keterangan | Zona Inti | Zona Penyangga | Zona Pemanfaatan | Semua Zona | |
|---|---|---|---|---|---|
| Flora | |||||
| Jumlah Jenis | 61 | 152 | 109 | 213 | |
| Jumlah Famili | 31 | 56 | 36 | 59 | |
| Kekayaan (R) | Pohon | 2,89 | 7,04 | 2,31 | 4,66 |
| Non Pohon | 1,37 | 6,02 | 0,39 | 5,97 | |
| Keanekaragaman (H’) | Pohon | 2,2 | 2,34 | 1,37 | 0,27 |
| Non Pohon | 1,3 | 2,22 | 1,08 | 2,82 | |
| Kemerataan (E) | Pohon | 0,81 | 0,59 | 0,47 | 0,07 |
| Non Pohon | 0,52 | 0,54 | 0,98 | 0,62 | |
| Mamalia | |||||
| Jumlah Jenis | 4 | 8 | 8 | 8 | |
| Jumlah Famili | 4 | 6 | 6 | 6 | |
| Jumlah Individu | 12 | 25 | 21 | 58 | |
| Kekayaan Jenis (R) | 1,21 | 2,17 | 2,3 | 1,72 | |
| Keanekaragaman Jenis (H’) | 1,12 | 1,84 | 1,86 | 1,84 | |
| Kemerataan Jenis (E) | 0,81 | 0,89 | 0,89 | 0,88 | |
| Burung | |||||
| Jumlah Jenis | 16 | 42 | 34 | 49 | |
| Jumlah Famili | 11 | 26 | 23 | 27 | |
| Jumlah Individu | 138 | 373 | 319 | 811 | |
| Kekayaan Jenis (R) | 3,04 | 6,92 | 5,72 | 7,17 | |
| Keanekaragaman Jenis (H’) | 1,7 | 2,87 | 2,24 | 2,53 | |
| Kemerataan Jenis (E) | 0,61 | 0,77 | 0,64 | 0,65 | |
| Herpetofauna | |||||
| Jumlah Jenis | 7 | 18 | 12 | 19 | |
| Jumlah Famili | 4 | 11 | 9 | 12 | |
| Jumlah Individu | 21 | 137 | 39 | 197 | |
| Kekayaan Jenis (R) | 1,97 | 3,25 | 3 | 3,41 | |
| Keanekaragaman Jenis (H’) | 1,83 | 2,15 | 2,13 | 2,28 | |
| Kemerataan Jenis (E) | 0,94 | 0,76 | 0,86 | 0,78 | |
| Serangga (Capung) | |||||
| Jumlah Jenis | 8 | 12 | 14 | 14 | |
| Jumlah Famili | 2 | 2 | 2 | 2 | |
| Jumlah Individu | 55 | 258 | 287 | 600 | |
| Kekayaan Jenis (R) | 1,75 | 1,98 | 2,12 | 2,03 | |
| Keanekaragaman Jenis (H’) | 1,04 | 1,75 | 1,98 | 1,91 | |
| Kemerataan Jenis (E) | 0,5 | 0,7 | 0,77 | 0,72 | |
| Serangga (Kupu-kupu) | |||||
| Jumlah Jenis | 8 | 16 | 21 | 26 | |
| Jumlah Famili | 3 | 4 | 4 | 5 | |
| Jumlah Individu | 43 | 185 | 150 | 378 | |
| Kekayaan Jenis (R) | 1,86 | 2,87 | 3,99 | 4,21 | |
| Keanekaragaman Jenis (H’) | 1,96 | 2,22 | 2,47 | 2,59 | |
| Kemerataan Jenis (E) | 0,94 | 0,8 | 0,81 | 0,8 | |

Gambar 1. Peta lokasi kegiatan di PT PLN Nusantara Power UP Indramayu.
Aksesibilitas
Untuk menuju PT PLN Nusantara Power UP Indramayu dari Ibukota Negara (Jakarta) bisa dilakukan dengan perjalanan darat selama ±3 jam melewati jalan tol Jakarta – Cikampek dan dilanjut ke Jalan Raya Pantura, jarak tempuh ±154 km. Hampir sama dengan jarak tempuh dari Jakarta, jarak PT PLN Nusantara Power UP Indramayu dari Kota Bandung sebagai Ibukota Provinsi Jawa Barat adalah sejauh ±147 km dengan pilihan perjalanan melewati jalan tol Bandung – Cikampek dan dilanjut dengan melewati Subang atau Purwakarta dengan waktu tempuh ±3 jam. Kondisi Jalan menuju PT PLN Nusantara Power UP Indramayu sangat baik dan layak jalan, bahkan untuk truk-truk besar sekalipun.

Geologi
Kawasan pantai merupakan kawasan yang sangat dinamis dengan berbagai ekosistem hidup dan saling mempunyai keterkaitan satu dengan yang lainnya. Perubahan garis pantai merupakan salah satu bentuk dinamisasi kawasan pantai yang terjadi secara terus menerus. Perubahan garis pantai yang terjadi di kawasan pantai berupa pengikisan badan pantai (abrasi) dan penambahan badan pantai (sedimentasi atau akresi). Proses-proses tersebut terjadi sebagai akibat dari pergerakan sedimen, arus, dan gelombang yang berinteraksi dengan kawasan pantai secara langsung. Selain faktor-faktor tersebut, perubahan garis pantai dapat terjadi akibat faktor antropogenetik, seperti aktivitas manusia di sekitarnya.

Hidrologi
Areal kawasan pembangkit PT PLN Nusantara Power UP Indramayu berdasarkan peta Daerah Aliran Sungai (DAS) dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan berada pada Daerah Aliran Sungai dengan Kode DAS210061 yang berada pada wilayah kerja BPDAS Cimanuk – Citanduy. Berdasarkan hasil analisa spasial dan lapangan diketahui bahwa PT PLN Nusantara Power UP Indramayu berada pada DAS Mangsetan.
Kali Mangsetan mengalir dari arah selatan yang mengaliri persawahan di sekitar areal PT PLN Nusantara Power UP Indramayu. Anak-anak sungainya dimanfaatkan menjadi saluran irigasi untuk pengairan sawah-sawah sekitarnya. Dua anak sungai Mangsetan tersebut pada bagian hilir kemudian mengalir Kembali mendekati muara Sungai Mangsetan yang berada di sekitar lokasi pemantauan, yaitu Kali Nalat dan Kali Lutung.

Tanah
Kondisi tanah PT PLN Nusantara Power UP Indramayu untuk semua area adalah tanah aluvial kelabu tua (Gambar 5). Tanah aluvial berasal dari sedimen lumpur sehingga tanah endapan tersebut cocok sebagai lahan pertanian. Sekeliling PT PLN Nusantara Power UP Indramayu terdapat persawahan serta banyaknya pohon mangga di sepanjang jalan akses menuju PLTU. Tanah aluvial memiliki ciri berwarna cokelat dan agak kelabu disebabkan oleh tingginya kandungan mineral pada tanah, kaya akan kandungan mineral sehingga dapat menjadi cadangan nutrisi untuk tanaman, tekstur mirip tanah liat, memiliki pH yang rendah, kandungan fosfor dan kalium yang rendah pada tanah. Pemanfaatan tanah aluvial adalah memperlancar proses irigasi, tanaman menjadi lebih subur, tanaman tidak mudah kering, dan mudah digarap.

Kondisi Biofisik
Total luasan area PT PLN Nusantara Power UP Indramayu adalah 82,07 ha yang terdiri dari beberapa tipe tutupan lahan seperti; Ruang Terbuka Hijau 38,92 ha (47,4%), Lahan Terbangun 26,41 ha (32,2%), Jalan 5,04 ha (6,1%), Badan Air seluas 5,83 ha (7,1%), dan Lahan Terbuka 5,86 (7,1%). Flora yang terdapat di kawasan PT PLN Nusantara Power UP Indramayu pada tahun 2025 tercatat sebanyak 213 spesies dari 59 famili. Famili yang memiliki spesies paling banyak adalah Fabaceae yaitu 29 jenis, Poaceae 16 jenis, dan Asparagaceae 12 jenis. Spesies yang ditemukan dari famili Fabaceae diantaranya adalah lamtoro cina (Leucaena leucocephala), bunga merak (Caesalpinia pulcherrima), putri malu air (Neptunia oleracea), dan daun mules (Desmodium triflorum). Penyusun komposisi vegetasi dikelompokkan menjadi 6 habitus yaitu pohon (29%), herba (42%), rumput (12%), perdu (11%), palem (5%) dan semak (1%). Peta penggunaan lahan di PT PLN Nusantara Power UP Indramayu disajikan pada Gambar 6.


Zona Inti merupakan area penting yang berperan dalam proses produksi. Zona ini merupakan bagian terkecil dari tata ruang, mencakup sekitar 23,5% dari total luas pembangkit PT PLN Nusantara Power UP Indramayu. Kawasan ini sering diklasifikasikan sebagai zona A atau daerah yang dibatasi oleh PT PLN Nusantara Power UP Indramayu karena tingkat risikonya yang tinggi. Akses ke zona ini dibatasi dan memerlukan izin khusus. Salah satu ciri khasnya adalah keberadaan flora dan fauna yang sangat terbatas, dengan hanya spesies yang memiliki toleransi tinggi yang dapat bertahan di sini. Area Pembangkit, Coal Yard, dan Garasi alat berat termasuk dalam zona inti ini
Zona penyangga (buffer) merupakan wilayah terluas dalam tata ruang, mencakup sekitar 45,0% dari total luas pembangkit PT PLN Nusantara Power UP Indramayu. Zona Buffer berfungsi sebagai pendukung untuk operasional zona inti. Aksesibilitasnya lebih terbuka dibandingkan dengan zona inti, dan keanekaragaman hayatinya sudah lebih tinggi. Beberapa zona buffer sudah dioptimalkan untuk menanam berbagai jenis tumbuhan, yang tentunya akan mendorong peningkatan keanekaragaman hayati. Area-area seperti Main Gate, Kantor, Pos 2, Masjid, I – Safe, WTP, WWTP, Mess karyawan, Desalinasi, Bukit Teletubbies, Chlorine Plant, Circulating Water Pump, Area parkir, Network Control Building, Gitet, Maintenance Building, Gedung Baru, H2 Plant, Ash Pond, dan Ash Yard termasuk dalam zona penyangga.
Zona pemanfaatan (utilisasi) merujuk pada area-area yang ditetapkan dan ditujukan sebagai pusat keanekaragaman hayati serta habitat bagi berbagai flora dan fauna. Zona ini merupakan wilayah kedua terluas dalam tata ruang di Kawasan PT PLN Nusantara Power UP Indramayu, mencakup sekitar 31,5% dari total luas kawasan. Pengelolaan kawasan ini seharusnya mengikuti pendekatan ekologis dan berbasis lingkungan. Beberapa upaya pengelolaan telah terlihat di beberapa area, seperti penanaman flora untuk memaksimalkan pemanfaatan sebagai area hijau. Area-area yang termasuk dalam zona utilisasi mencakup Bricker, Area Syahbandar, Limbah B3, dan Gedung Eks Cina. Zonasi tersebut dibuat dengan mempertimbangkan prinsip (1) fungsi dan peruntukan kawasan, (2) lokasi dan aksesibilitas kawasan, dan (3) daya dukung kawasan. Hasil delineasi tata ruang kawasan pembangkit PT PLN Nusantara Power UP Indramayu disajikan pada Tabel.
| No. | Tata Ruang | Luas (Ha) | Persentase |
| 1 | Zona Inti | 19.26 | 23.5% |
| 2 | Zona Pemanfaatan | 25.84 | 31.5% |
| 3 | Zona Penyangga | 36.97 | 45.0% |
| Total | 82.07 | 100% | |
Kondisi Keanekaragaman Hayati PT PLN Nusantara Power UP Indramayu
Flora
Temuan Jenis Flora
Berdasarkan hasil monitoring keanekaragaman hayati pada kajian flora di PT PLN Nusantara Power UP Indramayu ditemukan sebanyak 213 spesies tumbuhan dari 59 famili. Jumlah spesies dan famili yang ditemukan disajikan pada gambar 15. Jumlah temuan jenis pada tahun 2025 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya dari 207 menjadi 213 spesies tumbuhan.
Peningkatan jumlah jenis tumbuhan dan tanaman dari tahun sebelumnya terjadi karena adanya upaya penanaman atau pengayaan jenis pohon yang dilakukang olah pihak pengelola PT PLN Nusantara Power UP Indramayu pada space area ruang terbuka hijau terutama di zona pemanfaatan pada taman 99 dan di taman teletubies pada zona penyangga.
Monitoring dilakukan pada 3 lokasi yaitu zona inti, zona penyangga dan zona pemanfaatan dengan jumlah temuan jenis tumbuhan yang berbeda-beda di setiap zonanya. Pada zona pemanfaatan dibagi menjadi 2 zona dikarenakan perbedaan metode pengambilan data yang dilakukan yaitu, area penanaman pohon (taman 99, area penanaman mahoni, area penaman cemara laut, dan area penanaman di bantaran sungai atau outlet) dilakukan secara sensus dan area konservasi (tegakan alami lamtoro) yang dilakukan secara sampling. Proporsi jumlah temuan jenis di PT PLN Nusantara Power UP Indramayu terbagi ke dalam 3 zona yaitu zona inti, zona penyangga, dan zona pemanfaatan (gabungan area penanaman pohon dan tegakan alami lamtoro). Jumlah temuan terbanyak berada pada zona penyangga yaitu sebanyak 152 spesies dari 56 famili. Jumlah temuan terendah berada pada zona inti yaitu sebanyak 61 spesies dari 36 famili. Jumlah temuan jenis pada setiap zona PT PLN Nusantara Power UP Indramayu tahun 2025 tersaji pada Gambar 18.
Perbandingan jumlah temuan jenis di setiap zona.
Perbedaan jumlah temuan jenis pada masing-masing zona dapat dipengaruhi oleh peruntukan kawasannya. Zona penyangga memiliki jumlah temuan jenis terbanyak karena merupakan lokasi yang sering dilakukan pengembangan kawasan oleh pengelola seperti pengelolaan ekosistem artifisial yaitu ruang terbuka hijau dan taman. Pengelolaan yang dilakukan pada ekosistem artifisial menjadikan salah satu penyebab banyaknya spesies yang ditemukan karena adanya pengayaan dan pemeliharaan oleh pengelola PT PLN Nusantara Power UP Indramayu guna memperindah atau merapikan kawasan. Zona inti memiliki jumlah temuan jenis terendah karena peruntukan kawasannya untuk areal kerja pembangkit sehingga tidak banyak dilakukan kegiatan penanaman (pengayaan jenis). Jenis yang lebih banyak ditemui di zona inti adalah jenis pohon yang digunakan sebagai areal peneduh di sekitar zona inti. Sementara itu pada zona pemanfaatan area penanaman banyak ditemui jenis – jenis pohon seperti ketapang, mahoni, dan cemara laut yang dikelola untuk pengayaan jenis pohon di area tersebut. Selain area penanaman pada zona pemanfaatan terdapat area tegakan alami yang sebagian besar vegetasinya didominasi oleh tumbuhan lamtoro. Kondisi ekosistem di masing-masing zona tersaji pada. Gambar 19. Kondisi ekosistem di masing-masing zona, a) kondisi tegakan pohon peneduh di zona inti, b) kondisi taman di zona penyangga, c) kondisi salah satu area penanaman pohon di zona pemanfaatan, dan d) kondisi tegakan alami lamtoro di zona pemanfaatan.
Klasifikasi kelompok habitus terbagi menjadi 6 kelompok utama diantaranya pohon, perdu, palem, herba, semak, dan rumput. Berdasarkan klasifikasi perawakan atau habitus (Gambar 22), kelompok habitus tumbuhan dengan proporsi jumlah spesies paling banyak di kawasan PT PLN Nusantara Power UP Indramayu pada tahun 2025 adalah kelompok tumbuhan berhabitus herba dengan persentase sebesar 42% (90 spesies).
Persentase jumlah spesies tumbuhan berdasarkan kelompok habitus di PT PLN Nusantara Power UP Indramayu pada tahun 2025.
Kelompok tumbuhan herba merupakan kelompok tumbuhan tidak berkayu dengan batang lunak yang sama sekali tidak memiliki jaringan kayu (teras dan gubal). Kelompok tumbuhan ini dapat dijumpai hampir di setiap sisi dan sudut kawasan PT PLN Nusantara Power UP Indramayu, baik yang sengaja ditanam maupun yang tumbuh secara liar atau alami. Tumbuhan berhabitus herba merupakan tumbuhan yang paling mudah tumbuh secara alami pada berbagai kondisi lokasi. Herba tumbuh pada lantai-lantai vegetasi, serta mengisi sisi-sisi dan sudut ruang yang terbuka, terganggu, dan/atau belum terbangun. Herba yang umumnya sengaja ditanam dan dibudidayakan biasanya digunakan untuk keperluan tanaman hias, tanaman pangan, dan tanaman obat keluarga (TOGA). Tumbuhan dari kelompok habitus herba memiliki peran penting bagi ekosistem, khususnya sebagai tumbuhan bawah (understorey) yang menempati strata lantai ekosistem. Tumbuhan berhabitus herba bersama dengan tumbuhan bawah dari kelompok habitus lainnya memiliki peran sebagai penutup permukaan tanah (cover) dalam kegiatan konservasi tanah dan air, pengendalian erosi pada suatu kawasan, serta peningkatan infiltrasi. Selain itu, tumbuhan bawah memiliki peran untuk menjaga kelembaban tanah agar proses dekomposisi dapat berjalan dengan baik guna tersedianya hara bagi tumbuhan (Irwanto 2007). Beberapa jenis herba yang terdapat pada PT PLN Nusantara Power UP Indramayu antara lain, bunga krokot (Portulaca grandiflora), baby sun rose (Aptenia cordifolia), spider lyly (Hymenocallis speciose), dan semanggi (Oxalis corniculate).
Komposisi Vegetasi
Tumbuhan hadir membentuk kelompok asosiasi tumbuhan yang dikenal dengan istilah vegetasi. Analisis terhadap komposisi vegetasi akan menggambarkan bentuk interaksi dari komunitas dalam suatu lokasi kajian. Komposisi vegetasi akan menggambarkan tumbuhan yang mendominasi dalam suatu lokasi. Data komposisi jenis dan struktur vegetasi berguna untuk mengetahui kondisi keseimbangan komunitas hutan, menjelaskan interaksi di dalam dan antar jenis, dan memprediksi kecenderungan komposisi tegakan di masa mendatang. Spesies yang dominan dan kodominan dapat diketahui dengan mengetahui nilai Summed Dominance Ratio (SDR) pada setiap persebaran jenis vegetasi. Summed Dominance Ratio (SDR) digunakan untuk mengetahui nilai dominasi suatu jenis tumbuhan terhadap jenis yang lainnya. Jenis yang memiliki peranan penting dalam suatu kawasan dicirikan dengan adanya nilai yang tertinggi. Analisis komposisi vegetasi tumbuhan diklasifikasikan menjadi 3 kategori yaitu kelompok pohon, tanaman hias, dan tumbuhan bawah. Hasil analisis terkait komposisi vegetasi tumbuhan di PT PLN Nusantara Power UP Indramayu untuk kelompok pohon tersaji pada Tabel.
Spesies pohon dominan di PT PLN Nusantara Power UP Indramayu.
| Famili | Nama Latin | Nama Lokal | SDR% | ||
|---|---|---|---|---|---|
| Zona Inti | Zona Pemanfaatan (Area penanaman) | Zona Penyangga | |||
| Fabaceae | Samanea saman | Trembesi | 34,26a | 2,99 | 8,65b |
| Bignoniaceae | Spathodea campanulata | Kecrutan | 10,22b | – | 3,81 |
| Rhizophoraceae | Rhizophora apiculata | Bakau | – | 21,93a | – |
| Meliaceae | Swietenia macrophilla | Mahoni | – | 15,40b | 0,70 |
| Combretacae | Terminalia catappa | Ketapang | 5,02 | 11,08 | 26,69a |
Keterangan: a) Spesies Dominan, b) Spesies Kodominan
Secara garis besar, ekosistem yang terdapat di PT PLN Nusantara Power UP Indramayu merupakan ekosistem artifisial yaitu ekosistem yang terbentuk berkat campur tangan manusia dan disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan bahwa pada tiap lokasi kajian memiliki jenis spesies dominan yang berbeda-beda. Pohon trembesi (Samanea saman) merupakan spesies dominan di zona inti dengan nilai sdr sebesar 34,26% serta menjadi spesies dominan kedua (kodominan) pada zona penyangga. Pohon trembesi banyak dijumpai mengisi ruang peneduh jalan karena spesies ini memili tajuk yang rapat, besar dan cepat tumbuh. Selain ditanam sebagai peneduh, trembesi juga memiliki fungsi sebagai reduktor polutan dalam ruang terbuka hijau (DJPRDPU 2008). Karakteristik ini yang menjadi salah satu pertimbangan trembesi kerap digunakan untuk kegiatan penanaman pada daerah dengan ekosistem artifisial (Amir 2011). Selain itu, spesies trembesi juga dapat digunakan sebagai spesies untuk pengayaan nitrogen di dalam tanah, terutama di daerah-daerah rumput yang cenderung terbuka.
Analisis komposisi vegetasi juga dilakukan pada jenis tumbuhan hias. Hasil analisis terkait komposisi vegetasi untuk kelompok non pohon atau tanaman hias tersaji pada Tabel .
Tabel. Spesies non pohon atau tanaman hias dominan di PT PLN Nusantara Power UP Indramayu.
| Famili | Nama Latin | Nama Lokal | SDR% | ||
|---|---|---|---|---|---|
| Zona Inti | Zona Pemanfaatan (Area penanaman) | Zona Penyangga | |||
| Malvaceae | Hibiscus rosa-sinensis | Bunga sepatu | 28,85a | 29,17 | 12,30a |
| Acanthaceae | Ruelia simplex | Kencana ungu | 16,59b | – | 11,44 |
| Arecaceae | Cocos nucifera | Kelapa | – | 35,71a | 0,94 |
| Poaceae | Pseudosasa japonica | Bambu jepang | 11,98 | 35,12b | 1,18 |
| Amarylidaceae | Hymenocallis speciosa | Spider lily | 7,86 | – | 11,69b |
Keterangan: a) Spesies Dominan, b) Spesies Kodominan
Berdasarkan Tabel 7, Bunga sepatu (Hibiscus rosa-sinensis) merupakan spesies dominan di zona inti dan di zona penyangga dengan nilai SDR berturut-turut sebesar 28,85% dan 12,30%. Bunga sepatu merupakan jenis tanaman perdu yang ditanam oleh pihak PT PLN Nusantara Power UP Indramayu menjadi tanaman pagar yang berfungsi membentuk kesan dinding pembatas rendah antar lokasi pada masing-masing zona. Banyaknya jumlah bunga sepatu di semua zona dikarenakan cara penanamannya yang berkelompok dan membentuk jalur. Sedangkan spesies kodominan pada zona inti adalah kencana ungu (Ruelia simplex) dengan nilai SDR sebesar 16,59%. Spesies ini banyak ditemui di area taman secara berkelompok yang berfungsi untuk menambah nilai esteika taman. Penanaman kelapa (Cocos nucifeera) oleh pihak pengelola PT PLN Nusantara Power UP Indramayu di zona pemanfaatan area penanaman menjadikan spesies ini dominan pada kategori non pohon dengan nilai SDR 35,71%. Sementara itu spesies kodominan di zona pemanfaatan adalah bambu jepang (Pseudosasa japonica) dengan nilai SDR sebesar 35,12%. Jenis bambu jepang memiliki karakteristik tumbuh secara bergerombol atau berumpun. Bambu merupakan tumbuhan yang cepat tumbuh pada berbagai area karena bambu termasuk ke dalam tanaman yang memiliki laju pertumbuhan yang tinggi. Bambu masuk dalam famili Poaceae atau rumput-rumputan di mana ketika bambu tersebut dipanen akan tumbuh kembali tanpa mengganggu ekosistem.
Analisis komposisi vegetasi juga dilakukan pada jenis tumbuhan bawah. Hasil analisis terkait komposisi vegetasi tumbuhan di PT PLN Nusantara Power UP Indramayu tersaji pada Tabel.
Tabel. Spesies tumbuhan bawah dominan di PT PLN Nusantara Power UP Indramayu.
| Famili | Nama Latin | Nama Lokal | SDR% | ||
|---|---|---|---|---|---|
| Zona Inti | Zona Pemanfaatan (Area penanaman) | Zona Penyangga | |||
| Linderniaceae | Lindernia crustacea | Lindernia ungu | 22,33a | 5,42 | – |
| Cyperaceae | Cyperus rotundus | Rumput teki | 10,98b | 21,36a | – |
| Amaranthaceae | Alternanthera philoxeroides | Kremah air | – | 10,47b | – |
| Poaceae | Cynodon dactylon | Rumput grinting | – | 5,88 | 19,81a |
| Poaceae | Polytrias indica | Rumput embun | – | – | 12,95b |
Keterangan: a) Spesies Dominan, b) Spesies Kodominan
Sebagian besar tumbuhan bawah yang tumbuh menutupi lantai-lantai vegetasi pada ekosistem artifisial PT PLN Nusantara Power UP Indramayu hampir seluruhnya didominasi oleh spesies-spesies tumbuhan berhabitus rumput famili poaceae dan cyperaceae. Namun tidak menutup kemungkinan seperti di zona inti didominasi dari famili lain seperti Linderniaceae yang berhabitus herba. Spesies lindernia ungu (Lindernia crustacea) mendominasi sebagai tumbuhan bawah di zona inti dengan nilai SDR sebesar 22,33%. Adanya intensitas hujan yang cukup sering saat kegiatan monitoring berlangsung memengaruhi pertumbuahan jenis ini. Hal ini karena spesies lindernia ungu (Lindernia crustacea) memiliki kebiasaan tumbuh di dalam genangan air (helofit) atau di lokasi dengan kelembapan tinggi. Kondisi ini berlaku juga pada spesies kremah air (Alternanthera philoxeroides) yang menjadi spesies kodominan di zona pemanfaatan dengan nilai SDR sebesar 10,47%.
Selain ekosistem artifisial di PT PLN Nusantara Power UP Indramayu juga terdapat ekosistem tegakan lamtoro alami di zona pemanfaatan. Banyaknya tegakan lamtoro yang tumbuh dan cukup padat menjadikan kekhasan ekosisistem diarea ini. Analisis komposisi vegetasi juga dilakukan pada vegetasi tegakan lamtoro. Hasil analisis terkait komposisi vegetasinya tersaji pada Tabel.
Tabel. Spesies tumbuhan dominan pada ekosistem tegakan lamtoro di PT PLN Nusantara Power UP Indramayu.
| Famili | Nama Latin | Nama Lokal | SDR% |
|---|---|---|---|
| Tumbuhan bawah dan semai | |||
| Fabacaeae | Leucaena leucocephala | Lamtoro | 42,15a |
| Acanthaceae | Asystasia gangetica | Ara sungsang | 20,35b |
| Pancang | |||
| Fabacaeae | Leucaena leucocephala | Lamtoro | 88,00a |
| Muntingiaceae | Muntingia carabula | Kersen | 12,00b |
| Tiang | |||
| Fabacaeae | Leucaena leucocephala | Lamtoro | 66,03a |
| Combretaceae | Terminalia catappa | Ketapang | 10,96b |
| Pohon | |||
| Fabaceae | Acacia auriculiformis | Akasia daun kecil | 39,99a |
| Fabacaeae | Leucaena leucocephala | Lamtoro | 39,66b |
Berdasarkan table, tumbuhan lamptoro mendominasi hampir pada semua tingkat pertumbuhan baik sempai, pancang, tiang dan menjadi kodominan pada tingkat pertumbuhan pohon. Komunitas tegakan lamtoro menunjukan tipe vegetasi primer yang berkembang secara alami karena pembentukannya tidak ditanam dan di kelola oleh pihak PT PLN Nusantara Power UP indaramayu.
Indeks Keanekaragaman Hayati Tumbuhan
Indeks keanekaragaman hayati tumbuhan dan tanaman dilakukan dengan menganalisis data indeks kekayaan jenis tumbuhan dan tanaman, indeks keanekaragaman tumbuhan dan tanaman, dan indeks kemerataan jenis tumbuhan dan tanaman. Secara keseluruhan di ekosistem artifisial PT PLN Nusantara Power UP Indramayu, nilai indeks kekayaan, indeks keanekaragaman, dan nilai indeks kemerataan dapat dilihat pada gambar.
Gambar. Indeks keanekaragaman hayati tumbuhan dan tanaman keseluruhan di PT PLN Nusantara Power UP Indramayu tahun 2024-2025
Indeks Kekayaan Jenis
Indeks kekayaan spesies (R) merupakan indeks yang umum digunakan untuk mengetahui kekayaan spesies yang terdapat dalam suatu komunitas yang diamati atau untuk mengetahui nilai perbandingan kekayaan jenis dalam suatu komunitas dengan komunitas lainnya. Indeks kekayaan jenis berkaitan dengan jumlah jenis dan jumlah individu yang ada dalam setiap jenis itu sendiri. Semakin banyak jumlah jenis tumbuhan yang ada dalam suatu komunitas belum tentu menghasilkan nilai indeks kekayaan jenis yang tinggi. Hal ini terjadi jika tidak diimbangi dengan jumlah individu dalam setiap jenis yang ditemukan, begitupun sebaliknya. Hasil analisis indeks kekayaan jenis yang dilakukan di PT PLN Nusantara Power UP Indramayu tahun 2025 tersaji pada Gambar.
|
a |
|
b |
|
c |
Gambar. Perbandingan indeks kekayaan jenis di PT PLN Nusantara Power UP Indramayu a) indeks kekayaan jenis pohon, b) indeks kekayaan jenis tanaman hias, dan c) Indeks kekayaan jenis tumbuhan bawah
Indeks keanekaragaman jenis (H’) merupakan indeks yang digunakan untuk menggambarkan dan membandingkan tingkat keanekaragaman jenis tumbuhan yang terdapat pada suatu komunitas. Indeks keanekaragaman jenis dapat digunakan sebagai parameter untuk melihat pengaruh faktor biotik dan abiotik terhadap suatu komunitas (Ludwig dan Reynol 1988). Sugianto (1994) dalam Indriyanto (2006) menggambarkan indeks keanekaragaman jenis sebagai parameter untuk melihat tingkatan suksesi atau kestabilan suatu komunitas, apakah komunitas tersebut mampu menjaga dirinya tetap stabil atau tidak setelah mendapatkan gangguan terhadap komponen-komponen yang ada di dalamnya. Sehingga besar atau kecilnya nilai indeks yang didapatkan akan tergantung pada kondisi lingkungan tempat di mana data diambil serta keberadaan jumlah jenis dan jumlah individu. Pengelompokan indeks keanekaragaman jenis dibagi menjadi jenis pohon, non pohon atau tanaman hias, dan tumbuhan bawah. Hasil analisis indeks keanekaragaman jenis yang dilakukan di PT PLN Nusantara Power UP Indramayu tersaji pada Gambar.


Gambar 30. Perbandingan indeks keanekaragaman jenis di PT PLN Nusantara Power UP Indramayu a) indeks keanekaragaman jenis pohon, b) indeks keanekaragaman jenis tanaman hias (non-pohon), dan c) Indeks keanekaragaman jenis tumbuhan bawah
Status Konservasi Tumbuhan
Status konservasi merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk menunjukkan tingkat keterancaman suatu spesies makhluk hidup dari kepunahan. Tujuan dari adanya status konservasi yaitu untuk melindungi suatu spesies, baik flora maupun fauna dari ancaman kepunahan. Status konservasi bersifat dapat berlaku secara global maupun secara lokal sesuai dengan kondisi dan keberadaan suatu spesies di suatu lokasi. Status konservasi suatu spesies pun dapat berubah sewaktu waktu (flexible) berdasarkan hasil penelitian dan informasi terkait spesies tersebut. Pedoman yang biasa digunakan untuk menentukan status konservasi suatu jenis, baik flora maupun fauna yaitu IUCN redlist, CITES, serta Permen LHK Nomor P.106 Tahun 2018 tentang jenis tumbuhan dan satwa yang dilindungi. Hasil pendataan status konservasi flora di PT PLN Nusantara Power UP Indramayu berfokus pada tiga kategori utama untuk Red list IUCN yaitu VU (Vulnerable), EN (Endangered) dan CR (Critically endangered) sedangkan untuk status CITES pada Appendix I dan Appendix II. Secara keseluruhan berkaitan dengan status konservasi berbagai jenis tumbuhan yang ditemukan di PT PLN Nusantara Power UP Indramayu dapat dilihat pada Tabel.
Tabel. Status Konservasi tumbuhan yang tercatat di PT PLN Nusantara Power UP Indramayu.
| No | Famili | Nama Latin | Nama Lokal | Habitus | Status Konservasi | ||
|---|---|---|---|---|---|---|---|
| IUCN | CITES | PP | |||||
| 1 | Arecaceae | Hyophorbe lagenicaulis | Palem botol | Palem | CR | – | – |
| 2 | Meliaceae | Swietenia macrophylla | Mahoni daun lebar | Pohon | VU | Appx II | – |
| 3 | Fabaceae | Pterocarpus indicus | Angsana | Pohon | EN | Appx II | – |
| 4 | Arecaceae | Adonidia merillii | Palem putri | – | VU | Appx II | – |
| 5 | Lamiaceae | Tectona grandis | Jati | – | EN | – | – |
Keterangan:
Status Keterancaman (IUCN)
CR : Critically Endangered (Sangat Terancam Punah)
EN : Endangered (Terancam Punah)
VU : Vulnerable (Rentan)
NT : Near Threatened (Mendekati Terancam)
LC : Least Concern
NE : Not Evaluated (Belum Dievaluasi)
DD : Data Deficient (Data Kurang)
CD : Conservation Dependent (Tergantung Konservasi)
EX : Extinct (Punah)
EW : Extinct in the Wild (Punah di Alam)
C2a (i) : Very small subpopulations or most mature individuals in each subpopulation
Status Perdagangan (CITES)
Appendix I : Semua jenis yang terancam punah dan berdampak apabila diperdagangkan. Perdagangan hanya diizinkan hanya dalam kondisi tertentu misalnya untuk riest ilmiah.
Appendix II : Jenis yang statusnya belum terancam tetapi akan terancam apabila dieksploitasi secara berlebihan
Appendix III : Semua jenis yang juga dimasukkan dalam peraturan di dalam perdagangan dan negara lain berupaya mengontrol dalam perdagangan tersebut agar terhindar dari eksploitasi yang tidak berkelanjutan
Status Perlindungan (P)
UU No 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya.
PP No 7 Tahun 1999 Tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa
Permen LHK Nomor P.106/MENLHK/SETJEN/ KUM.1/12/2018 Tentang Perubahan kedua atas Permen LHK No P20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 Tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa Dilindungi.
Fauna
Mamalia
Temuan Jenis Mamalia
Pengamatan keanekaragaman satwa jenis mamalia yang dilakukan di PT Nusantara Power UP Indramayu pada tahun 2025 didapatkan 8 jenis mamalia dari 6 famili yang tersebar pada beberapa lokasi pengamatan. Jumlah jenis satwa ini tidak berbeda dengan jenis mamalia yang teridentifikasi pada pengamatan di tahun 2024. Tren temuan jenis mamalia yang teridentifikasi dari tahun ke tahun tersaji pada Gambar.
Gambar. Tren temuan jenis dan famili mamalia tahun 2021 – 2025 di PT PLN Nusantara Power UP Indramayu
Tabel Sebaran jenis mamalia di lokasi PT PLN Nusantara Power UP Indramayu tahun 2025
| No | Famili | Nama Ilmiah | Nama Jenis | Lokasi | Jumlah | ||
|---|---|---|---|---|---|---|---|
| 1 | 2 | 3 | |||||
| 1 | Herpestidae | Herpestes javanicus | Garangan jawa | 2 | 5 | 7 | 14 |
| 2 | Viverridae | Paradoxurus hermaphroditus | Musang | 1 | 1 | 3 | 5 |
| 3 | Muridae | Rattus argentiventer | Tikus Sawah | – | 3 | 1 | 4 |
| 4 | Muridae | Rattus tiomanicus | Tikus Belukar | – | 1 | 2 | 3 |
| 5 | Muridae | Rattus norvegicus | Tikus Got | – | 2 | 1 | 3 |
| 6 | Soricidae | Suncus murinus | Celurut | – | 1 | 1 | 2 |
| 7 | Pteropodidae | Cynopterus minutus | Codot Mini | 2 | 7 | 3 | 12 |
| 8 | Vespertilionidae | Myotis muricola | Lasiwen pucuk-pisang | 7 | 5 | 3 | 15 |
Keterangan
Lokasi 1 : Zona Inti
Lokasi 2 : Zona Penyangga
Lokasi 3 : Zona Pemanfaatan
Dominansi Jenis Mamalia
Dominansi temuan jenis mamalia pada lokasi pengamatan tahun 2025 di dominasi oleh jenis Lasiwen (Myotis muricola) yang seringkali di jumpai pada lampu-lampu penerangan jalan yang ada di areal PT PLN Nusantara Power UP Indramayu. Jenis mamalia lainnya yang mendominasi antara lain adalah, Garangan jawa (Herpestes javanicus), Codot mini (Cynopterus minutus), Musang (Paradoxurus hermaphroditus), dan Tikus sawah (Rattus argentiventer).
Tabel 12. Persentase dominansi jenis mamalia di Kawasan PT Nusantara Power UP Indramayu tahun 2025
| No | Famili | Nama Ilmiah | Nama Jenis | Dominansi (%) |
|---|---|---|---|---|
| 1 | Vespertilionidae | Myotis muricola | Lasiwen pucuk-pisang | 25,86% |
| 2 | Herpestidae | Herpestes javanicus | Garangan jawa | 24,14% |
| 3 | Pteropodidae | Cynopterus minutus | Codot Mini | 20,69% |
| 4 | Viverridae | Paradoxurus hermaphroditus | Musang | 8,62% |
| 5 | Muridae | Rattus argentiventer | Tikus Sawah | 6,90% |
Jenis mamalia Lasiwen (Myotis muricola) dari famili Vespertilionidae memiliki nilai persentase dominansi yang paling tinggi sebesar 25,86%. Jenis kelelawar ini kerap dijumpai pada sekitar sumber cahaya penerangan seperti lampu-lampu disekitar lingkungan PT PLN Nusantara Power UP karena sumber makanan lasiwen merupakan serangga-serangga kecil yang seringkali mengerumuni lampu-lampu di malam hari. Mamalia berikutnya yang memiliki nilai persentase tertinggi adalah Garangan Jawa (Herpestes javanicus) dari famili Herpestidae dengan persentase sebesar 24,14%. Seringkali Garangan Jawa terlihat di Zona Penyangga dan Zona Pemanfaatan di beberapa titik pengamatan.
Keanekaragaman Hayati Mamalia
Indeks Kekayaan Jenis
Nilai indeks kekayaan jenis satwa dipengaruhi dengan banyaknya jenis individu yang ditemukan selama pengamatan. Dari total 8 jenis mamalia yang ditemukan selama pengamatan, Zona Pemanfaatan mencakup seluruh titik penemuan jenis-jenis mamalia tersebut, sehingga Zona Pemanfaatan dapat dikategorikan sebagai lokasi dengan indeks kekayaan jenis paling tinggi yaitu sebesar 2,30. Kemudian disusul dengan indeks kekayaan jenis di Zona Penyangga sebesar 2,17. Sedangkan Zona Inti menjadi lokasi yang paling sedikit indeks kekayaan jenisnya yaitu sebesar 1,21, hal ini dikarenakan mobilitas dan gangguan yang cukup tinggi yang berada pada Zona Inti, sedangkan mamalia merupakan jenis yang memiliki sensitivitas cukup tinggi terhadap gerakan dan suara yang terjadi secara intensif. Penemuan mamalia pada Zona Inti juga seringkali didapati hanya sebagai jalur lintasan mamalia untuk berpindah dari suatu tempat ke tempat lain. Zona Inti juga merupakan wilayah yang minim tegakan, sehingga sedikit kemungkinan bagi satwa untuk mencari pakan pada area tersebut. Secara umum, indeks kekayaan jenis di PT PLN Nusantara Power UP masih tergolong dalam kategori sedang yaitu sebesar 1,72 (nilainya kurang dari 3,5) yang terdiri dari 8 jenis mamalia. Grafik nilai indeks kekayaan jenis mamalia disajikan pada Gambar.

Gambar Grafik indeks kekayaan jenis mamalia di PT PLN Nusantara Power UP Indramayu tahun 2021 – 2025
Indeks Keanekaragaman Jenis
Indeks keanekaragaman jenis mamalia di PT PLN Nusantara Power UP Indramayu pada tahun 2025 ada peningkatan. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 38, bahwa kenaikan nilai indeks keanekaragaman jenis mamalia peningkatan pada setiap zona, yaitu 1,12 pada zona inti, 1,84 pada zona penyangga, dan 1,86 pada zona pemanfaatan. Berbeda dengan tahun 2024 yang mendapatkan penurunan nilai indeks keanekaragaman, pada tahun ini ada kenaikan nilai indeks keanekaragaman jenis hal ini dapat disebabkan dengan adanya sebaran jumlah individu jenis mamalia yang merata di PT PLN Nusantara Power UP Indramayu. Kategori nilai indeks keanekaragaman jenis Shannon-Wiener adalah <1 untuk keanekaragaman rendah (penyebaran jumlah individu tiap spesies rendah dan kestabilan komunitas rendah), 1-3 untuk keanekaragamamn sedang (penyebaran jumlah individu tiap spesies sedang dan kestabilan komunitas sedang), serta >3 untuk keanekaragaman tinggi (penyebaran jumlah individu tiap spesies tinggi dan kestabilan komunitas tinggi), sehingga semua lokasi monitoring dalam kategori sedang dengan nilai 1-3. Sedangkan indeks keanekaragaman jenis secara keseluruhan zona sebesar 1,84 dan masuk kedalam kategori sedang.

Gambar Grafik indeks keanekaragaman jenis mamalia di PT PLN Nusantara Power UP Indramayu tahun 2021 – 2025
Indeks Kemerataan Jenis
Indeks kemerataan jenis di masing-masing zona adalah 0,81 pada zona inti, 0,89 pada zona penyangga dan 0,89 pada zona pemanfaatan. Dari hasil nilai indeks kemerataan jenis tersebut yang paling mendekati angka 1 (satu) hanya pada zona inti. Sedangkan nilai indeks kemerataan jenis secara keseluruhan zona adalah sebesar 0,88, nilai tersebut bisa dikatakan lebih menurun dibandingkan dengan tahun sebelumnya akan tetai sama dengan tahun 2024. Hal ini dapat terjadi dikarenakan adanya ketidakmerataan pada keberadaan jenis satwa mamalia di lingkungan sekitar PT PLN Nusantara Power UP, atau terdapat satu jenis satwa yang keberadaannya mendominasi dalam satu wilayah yang kemudian menekan angka kemerataan jenis pada suatu wilayah. Grafik nilai indeks kemerataan jenis tersaji pada Gambar .

Gambar Grafik indeks kemerataan jenis mamalia di PT PLN Nusantara Power UP Indramayu tahun 2021 – 2025
Status Konservasi Mamalia
Pada pengamatan satwa jenis mamalia di PT PLN Nusantara Power UP Indramayu tidak ditemukan jenis satwa mamalia yang tercatat sebagai satwa dilindungi dalam daftar satwa pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI nomor P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa Yang Dilindungi. Status konservasi keseluruhan temuan satwa jenis mamalia pada RedList IUCN (International Union for Conservation of Nature and Natural Resources) adalah termasuk pada kategori LC atau Least Concern yang berarti masih berada pada tingkat resiko rendah.
Sedangkan pada CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora) atau perjanjian internasional antarnegara yang mengatur perdagangan internasional tumbuhan dan satwa liar yang dilindungi, terdapat dua jenis mamalia yang ditemui yang tercatat dalam daftar CITES. Jenis yang tercatat pada daftar CITES antara lain adalah Garangan Jawa (Herpestes javanicus) dan Musang (Paradoxurus hermaphroditus) yang masuk dalam kategori Appendix III.
Tabel Status Konservasi dan Perlindungan jenis Mamalia di area PT PLN Nusantara Power UP Indramayu tahun 2025
| No | Famili | Nama Ilmiah | Nama Jenis | IUCN | CITES | PP |
|---|---|---|---|---|---|---|
| 1 | Herpestidae | Herpestes javanicus | Garangan jawa | LC | Appx III | – |
| 2 | Muridae | Rattus argentiventer | Tikus Sawah | LC | – | – |
| 3 | Muridae | Rattus norvegicus | Tikus Got | LC | – | – |
| 4 | Muridae | Rattus tiomanicus | Tikus Belukar | LC | – | – |
| 5 | Pteropodidae | Cynopterus minutus | Codot Mini | LC | – | – |
| 6 | Soricidae | Suncus murinus | Celurut | LC | – | – |
| 7 | Vespertilionidae | Myotis muricola | Lasiwen pucuk-pisang | LC | – | – |
| 8 | Viverridae | Paradoxurus hermaphroditus | Musang | LC | Appx III | – |
Keterangan:
Status Keterancaman (IUCN)
CR : Critically endangered (sangat terancam punah)
EN : Endangered (terancam punah)
VU : Vulnerable (terancam)
NT : Near Threatened (mendekati terancam)
NE : Not Evaluated (belum dievaluasi)
DD : Data Deficient (data kurang)
CD : Conservation Dependent (tergantung konservasi)
EX : Extinct (punah)
EW : Extinct in the wild (Punah di alam)
LC : Least Concern (Resiko rendah)
C2a (i) : Very small subpopulations or most mature individuals in each subpopulation
Status Perdagangan (CITES)
Appendix I : Semua jenis yang terancam punah dan berdampak apabila diperdagangkan. Perdagangan hanya diijinkan hanya dalam kondisi tertentu misalnya untuk riset ilmiah.
Appendix II : Jenis yang statusnya belum terancam tetapi akan terancam punah apabila dieksplotasi berlebihan.
Appendix III : Semua jenis yang juga dimasukkan dalam peraturan di dalam perdagangan dan negara lain berupaya mengontrol dalam perdagangan tersebut agar terhindar dari eksploitasi yang tidak berkelanjutan.
Status Perlindungan (PP)
UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya.
PP No. 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa.
Permen LHK Nomor P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018 Tentang Perubahan kedua atas Permen LHK Nomor P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 Tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi.
Burung
Temuan Jenis Burung
Burung adalah kelompok hewan vertebrata yang memiliki ciri khas tubuhnya ditutupi oleh bulu dan memiliki kemampuan terbang, meskipun tidak semua jenis burung bisa terbang. Pemantauan jenis burung di kawasan PT PLN Nusantara Power UP Indramayu sudah dilakukan selama 5 tahun berturut-turut dari tahun 2021-2025. Hasil temuan jenis burung pada tahun 2025 sama seperti tahun 2024 yaitu sebanyak 49 jenis, tetapi memiliki temuan jenis famili lebih banyak yaitu sebanyak 27 famili.

Tren temuan jenis dan famili burung tahun 2021 – 2025 di PT PLN Nusantara Power UP Indramayu
Beberapa jenis burung yang ditemukan pada tahun 2024 tetapi tidak ditemukan pada tahun 2025 yaitu cekakak jawa (Halcyon cyanoventris), cekakak belukar (Halcyon smyrnensis), cinenen jawa (Orthotomus sepium), gelatik jawa (Padda oryzivora), dan alap-alap kawah (Falco peregrinus). Sedangkan jenis burung yang ditemukan pada tahun 2025 tetapi tidak ditemukan pada tahun 2024 yaitu perenjak padi (Prinia inornata), cinenen pisang (Orthotomus sutorius), bubut alang-alang (Centropus bengalensis), tangkar cetrong (Crypsirina temia), dan berkik-kumbang besar (Rostratula benghalensis). Pengamatan jenis burung yang dilakukan di area PT PLN Nusantara Power UP Indramayu tahun 2025 dibagi menjadi tiga zona yaitu zona inti, zona penyangga, dan zona pemanfaatan. Pada zona inti ditemukan sebanyak 16 jenis dari 11 famili, zona penyangga ditemukan sebanyak 42 jenis dari 26 famili, dan zona pemanfaatan ditemukan sebanyak 34 jenis dari 23 famili.
Sebaran jenis burung di lokasi PT PLN Nusantara Power UP Indramayu tahun 2025
| No | Famili | Nama ilmiah | Nama Jenis | Zona | Jumlah | ||
|---|---|---|---|---|---|---|---|
| 1 | 2 | 3 | |||||
| 1 | Acanthizidae | Gerygone sulphurea | Remetuk laut | 1 | 6 | 3 | 10 |
| 2 | Alcedinidae | Todiramphus chloris | Cekakak sungai | – | 3 | 3 | 3 |
| 3 | Alcedinidae | Alcedo coerulescens | Raja-udang biru | – | 2 | – | 2 |
| 4 | Apodidae | Apus nipalensis | Kapinis rumah | 13 | 36 | 2 | 51 |
| 5 | Apodidae | Apus pacificus | Kapinis laut | – | – | 1 | 1 |
| 6 | Apodidae | Collocalia linchi | Walet linci | 49 | 57 | 34 | 140 |
| 7 | Ardeidae | Ixobrychus sinensis | Bambangan kuning | – | 1 | – | 1 |
| 8 | Ardeidae | Botaurus cinnamomeus | Bambangan merah | – | 1 | – | 1 |
| 9 | Ardeidae | Ardeola speciosa | Blekok sawah | – | 18 | 16 | 34 |
| 10 | Ardeidae | Egretta garzetta | Kuntul kecil | – | 3 | – | 3 |
| 11 | Ardeidae | Bubulcus ibis | Kuntul kerbau | – | 1 | – | 1 |
| 12 | Ardeidae | Egretta alba | Kuntul besar | – | 1 | 1 | 2 |
| 13 | Ardeidae | Butorides striata | Kokokan laut | – | – | 1 | 1 |
| 14 | Ardeidae | Nycticorax nycticorax | Kowak-malam kelabu | – | – | 11 | 11 |
| 15 | Artamidae | Artamus leucorhynchus | Kekep babi | 2 | 5 | 4 | 11 |
| 16 | Caprimulgidae | Caprimulgus affinis | Cabak kota | – | 13 | 1 | 14 |
| 17 | Cisticolidae | Cisticola juncidis | Cici padi | 1 | 14 | 7 | 22 |
| 18 | Cisticolidae | Prinia inornata | Perenjak padi | – | 2 | – | 2 |
| 19 | Cisticolidae | Orthotomus sutorius | Cinenen pisang | – | – | 4 | 4 |
| 20 | Columbidae | Geopelia striata | Perkutut jawa | 1 | 4 | 2 | 7 |
| 21 | Columbidae | Streptopelia chinensis | Tekukur biasa | 2 | 9 | 7 | 18 |
| 22 | Columbidae | Streptopelia bitorquata | Dederuk jawa | 1 | 3 | – | 4 |
| 23 | Cuculidae | Centropus bengalensis | Bubut alang-alang | – | 1 | – | 1 |
| 24 | Cuculidae | Cacomantis merulinus | Wiwik kelabu | – | 1 | 1 | 1 |
| 25 | Corvidae | Crypsirina temia | Tangkar cetrong | – | 1 | – | 1 |
| 26 | Dicaeidae | Dicaeum trochileum | Cabai jawa | – | 7 | 1 | 8 |
| 27 | Estrildidae | Lonchura leucogastroides | Bondol jawa | 10 | 21 | 14 | 45 |
| 28 | Estrildidae | Lonchura maja | Bondol haji | 2 | 19 | 22 | 43 |
| 29 | Estrildidae | Lonchura punctulata | Bondol peking | 49 | 83 | 148 | 280 |
| 30 | Estrildidae | Lonchura ferruginosa | Bondol oto-hitam | – | – | 2 | 2 |
| 31 | Falconidae | Falco moluccensis | Alap-alap sapi | 2 | 2 | 2 | 2 |
| 32 | Hirundinidae | Hirundo striolata | Layang-layang loreng | 1 | – | 1 | 2 |
| 33 | Hirundinidae | Hirundo tahitica | Layang-layang batu | – | 8 | – | 8 |
| 34 | Hirundinidae | Hirundo rustica | Layang-layang api | – | 1 | – | 1 |
| 35 | Laniidae | Lanius schach | Bentet kelabu | 1 | 2 | 2 | 2 |
| 36 | Meropidae | Merops philippinus | Kirik-kirik laut | – | 1 | 4 | 5 |
| 37 | Nectariniidae | Cinnyris jugularis | Burung madu sriganti | 1 | 2 | 1 | 4 |
| 38 | Nectariniidae | Antrepthes malacensis | Burung-madu kelapa | – | 2 | – | 2 |
| 39 | Passeridae | Passer montanus | Burung gereja erasia | – | 1 | – | 1 |
| 40 | Phasianidae | Gallus varius | Ayam hutan hijau | – | 1 | 1 | 1 |
| 41 | Picidae | Dendrocopus analis | Caladi ulam | – | 2 | 2 | 2 |
| 42 | Pycnonotidae | Pycnonotus aurigaster | Cucak kutilang | 2 | 14 | 7 | 23 |
| 43 | Pycnonotidae | Pycnonotus goiavier | Merbah cerukcuk | – | 7 | 5 | 12 |
| 44 | Rallidae | Amaurornis phoenicurus | Kareo padi | – | – | 3 | 3 |
| 45 | Rostratulidae | Rostratula benghalensis | Berkik-kembang besar | – | 6 | – | 6 |
| 46 | Scolopacidae | Actitis hypoleucos | Trinil pantai | – | 3 | 2 | 3 |
| 47 | Sturnidae | Acridotheres javanicus | Kerak kerbau | – | 5 | 3 | 5 |
| 48 | Turnicidae | Turnix suscitator | Gemak loreng | – | 3 | 1 | 4 |
| 49 | Tytonidae | Tyto alba | Serak jawa | – | 1 | – | 1 |
Keterangan : (1). Zona Inti, (2). Zona Penyangga, (3). Zona Pemanfaatan
Dominansi Jenis Burung
Jenis burung dominan merupakan jenis burung yang memiliki jumlah individu lebih banyak dibandingkan dengan jenis burung lainnya. Jenis burung yang mendominasi di PT PLN Nusantara Power UP Indramayu yaitu kapinis rumah (Apus nipalensis), walet linci (Collocalia linchi), bondol peking (Lonchura punctulata), bondol haji (Lonchura maja), dan bondol jawa (Lonchura leucogastroides).
Persentase dominansi jenis burung di PT PLN Nusantara Power UP Indramayu tahun 2025
| No | Famili | Nama Ilmiah | Nama Jenis | Dominansi (%) |
|---|---|---|---|---|
| 1 | Apodidae | Apus nipalensis | Kapinis rumah | 6,29 |
| 2 | Apodidae | Collocalia linchi | Walet linci | 17,26 |
| 3 | Estrildidae | Lonchura leucogastroides | Bondol jawa | 5,55 |
| 4 | Estrildidae | Lonchura maja | Bondol haji | 5,30 |
| 5 | Estrildidae | Lonchura punctulata | Bondol peking | 34,53 |
Keanekaragaman Hayati Burung
Indeks Kekayaan Jenis
Berdasarkan hasil analisis data temuan jenis burung yang ada di PT PLN Nusantara Power UP Indramayu pada tahun 2025, diketahui bahwa nilai indeks kekayaan jenis burung pada tahun 2025 mengalami kenaikan pada zona inti dan penyangga tetapi mengalami penurunan pada semua zona.

Grafik indeks kekayaan jenis burung di PT PLN Nusantara Power UP Indramayu tahun 2021 – 2025
Indeks Keanekaragaman Jenis
Berdasarkan hasil analisis data temuan jenis burung yang ada di PT PLN Nusantara Power UP Indramayu pada tahun 2025, diketahui bahwa nilai indeks keanekaragaman jenis burung pada tahun 2025 mengalami kenaikan pada zona inti dan penyangga tetapi mengalami penurunan pada zona pemanfaatan dan semua zona (Gambar 46)

Grafik indeks keanekaragaman jenis burung di PT PLN Nusantara Power UP Indramayu tahun 2021 – 2025
Indeks Kemerataan Jenis
Berdasarkan hasil analisis data temuan jenis burung yang ada di PT PLN Nusantara Power UP Indramayu pada tahun 2025, diketahui bahwa nilai indeks kemerataan jenis burung pada tahun 2025 mengalami kenaikan pada zona inti dan penyangga tetapi mengalami penurunan pada zona pemanfaatan dan semua zona.

Grafik indeks kemerataan jenis burung di PT PLN Nusantara Power UP Indramayu tahun 2021 – 2025
Status Konservasi Burung
Dari 49 jenis burung yang ditemukan di PT PLN Nusantara Power UP Indramayu terdapat beberapa jenis burung yang dilindungi baik secara nasional maupun secara internasional. Burung kerak kerbau (Acridotheres javanicus) termasuk kedalam kategori Vulnerable (VU) menurut status perlindungan IUCN, burung alap-alap sapi (Falco moluccensis) dan serak jawa (Tyto alba) termasuk kedalam kategori Appendix II berdasarkan status perdagangan CITES, dan burung yang dilindungi oleh Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan adalah tangkar cetrong (Crypsirina temia) dan alap-alap sapi (Falco moluccensis).
Status konservasi dan perlindungan burung di PT PLN Nusantara Power UP Indramayu tahun 2025
| No | Famili | Nama ilmiah | Nama Jenis | Status Konservasi | ||
|---|---|---|---|---|---|---|
| IUCN | CITES | PP | ||||
| 1 | Acanthizidae | Gerygone sulphurea | Remetuk laut | LC | – | – |
| 2 | Alcedinidae | Todiramphus chloris | Cekakak sungai | LC | – | – |
| 3 | Alcedinidae | Alcedo coerulescens | Raja-udang biru | LC | – | – |
| 4 | Apodidae | Apus nipalensis | Kapinis rumah | LC | – | – |
| 5 | Apodidae | Apus pacificus | Kapinis laut | LC | – | – |
| 6 | Apodidae | Collocalia linchi | Walet linci | LC | – | – |
| 7 | Ardeidae | Ixobrychus sinensis | Bambangan kuning | LC | – | – |
| 8 | Ardeidae | Botaurus cinnamomeus | Bambangan merah | LC | – | – |
| 9 | Ardeidae | Ardeola speciosa | Blekok sawah | LC | – | – |
| 10 | Ardeidae | Egretta garzetta | Kuntul kecil | LC | – | – |
| 11 | Ardeidae | Bubulcus ibis | Kuntul kerbau | LC | – | – |
| 12 | Ardeidae | Egretta alba | Kuntul besar | LC | – | – |
| 13 | Ardeidae | Butorides striata | Kokokan laut | LC | – | – |
| 14 | Ardeidae | Nycticorax nycticorax | Kowak-malam kelabu | LC | – | – |
| 15 | Artamidae | Artamus leucorhynchus | Kekep babi | LC | – | – |
| 16 | Caprimulgidae | Caprimulgus affinis | Cabak kota | LC | – | – |
| 17 | Cisticolidae | Cisticola juncidis | Cici padi | LC | – | – |
| 18 | Cisticolidae | Prinia inornata | Perenjak padi | LC | – | – |
| 19 | Cisticolidae | Orthotomus sutorius | Cinenen pisang | LC | – | – |
| 20 | Columbidae | Geopelia striata | Perkutut jawa | LC | – | – |
| 21 | Columbidae | Streptopelia chinensis | Tekukur biasa | LC | – | – |
| 22 | Columbidae | Streptopelia bitorquata | Dederuk jawa | LC | – | – |
| 23 | Cuculidae | Centropus bengalensis | Bubut alang-alang | LC | – | – |
| 24 | Cuculidae | Cacomantis merulinus | Wiwik kelabu | LC | – | – |
| 25 | Corvidae | Crypsirina temia | Tangkar cetrong | LC | – | √ |
| 26 | Dicaeidae | Dicaeum trochileum | Cabai jawa | LC | – | – |
| 27 | Estrildidae | Lonchura leucogastroides | Bondol jawa | LC | – | – |
| 28 | Estrildidae | Lonchura maja | Bondol haji | LC | – | – |
| 29 | Estrildidae | Lonchura punctulata | Bondol peking | LC | – | – |
| 30 | Estrildidae | Lonchura ferruginosa | Bondol oto-hitam | LC | – | – |
| 31 | Falconidae | Falco moluccensis | Alap-alap sapi | LC | Appx II | √ |
| 32 | Hirundinidae | Hirundo striolata | Layang-layang loreng | LC | – | – |
| 33 | Hirundinidae | Hirundo tahitica | Layang-layang batu | LC | – | – |
| 34 | Hirundinidae | Hirundo rustica | Layang-layang api | LC | – | – |
| 35 | Laniidae | Lanius schach | Bentet kelabu | LC | – | – |
| 36 | Meropidae | Merops philippinus | Kirik-kirik laut | LC | – | – |
| 37 | Nectariniidae | Cinnyris jugularis | Burung madu sriganti | LC | – | – |
| 38 | Nectariniidae | Antrepthes malacensis | Burung-madu kelapa | LC | – | – |
| 39 | Passeridae | Passer montanus | Burung gereja erasia | LC | – | – |
| 40 | Phasianidae | Gallus varius | Ayam hutan hijau | LC | – | – |
| 41 | Picidae | Dendrocopus analis | Caladi ulam | LC | – | – |
| 42 | Pycnonotidae | Pycnonotus aurigaster | Cucak kutilang | LC | – | – |
| 43 | Pycnonotidae | Pycnonotus goiavier | Merbah cerukcuk | LC | – | – |
| 44 | Rallidae | Amaurornis phoenicurus | Kareo padi | LC | – | – |
| 45 | Rostratulidae | Rostratula benghalensis | Berkik-kembang besar | LC | – | – |
| 46 | Scolopacidae | Actitis hypoleucos | Trinil pantai | LC | – | – |
| 47 | Sturnidae | Acridotheres javanicus | Kerak kerbau | VU | – | – |
| 48 | Turnicidae | Turnix suscitator | Gemak loreng | LC | – | – |
| 49 | Tytonidae | Tyto alba | Serak jawa | LC | Appx II | – |
Keterangan:
Status Keterancaman (IUCN)
CR:Critically endangered (sangat terancam punah)
EN: Endangered (terancam punah)
VU : Vulnerable (terancam)
NT : Near Threatened (mendekati terancam)
NE : Not Evaluated (belum dievaluasi)
DD : Data Deficient (data kurang)
CD : Conservation Dependent (tergantung konservasi)
EX : Extinct (punah)
EW : Extinct in the wild (Punah di alam)
LC : Least Concern (Resiko rendah)
C2a(i) : Very small subpopulations or most mature
individuals in each subpopulation
Status Perdagangan (CITES)
Appendix I : Semua jenis yang terancam punah dan berdampak apabila diperdagangkan Perdagangan hanya diijinkan hanya dalam kondisi tertentu misalnya untuk riset ilmiah.
Appendix II : Jenis yang statusnya belum terancam tetapi akan terancam punah apabila dieksplotasi berlebihan.
Appendix III : Semua jenis yang juga dimasukkan dalam peraturan di dalam perdagangan dan negara lain berupaya mengontrol dalam perdagangan tersebut agar terhindar dari eksploitasi yang tidak berkelanjutan.
Status Perlindungan (PP)
UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya.
PP No. 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa.
Permen LHK Nomor P.106/MENLHK/SETJEN/ KUM.1/12/2018 Tentang Perubahan kedua atas Permen LHK Nomor P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 Tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi.
Herpetofauna
Temuan Jenis Herpetofauna
Herpetofauna merupakan kelompok fauna yang terdiri dari amfibi dan reptil. Jumlah total temuan herpetofauna di PT PLN Nusantara Power UP Indramayu tahun 2021 hingga 2025 sebanyak 24 jenis dari 14 famili. Total amfibi berjumlah 4 jenis dari 3 famili, dan reptil berjumlah 19 jenis dari 12 famili.

Tren temuan jenis dan famili herpetofauna tahun 2021 – 2025 di PT PLN Nusantara Power UP Indramayu
Perubahan kondisi pada habitat seperti adanya aktivias pemeliharaan, pembukaan lahan, dan pembangunan menyebabkan beberapa jenis reptil melakukan mobilisasi agar mendapatkan habitat yang sesuai. Meningkatnya perburuan atau penangkapan satwa juga merupakan salah satu faktor mobilisasi satwa mencari habitat yang lebih sesuai dan aman, pada pengamatan tahun 2025 ditemukan beberapa jerat yang dipasang untuk menangkap reptil seperti biawak air, dan terdapat terdapat jerat yang berhasil menangkap satwa tersebut.Sebaran jenis herpetofauna di Kawasan PT PLN Nusantara Power UP Inddramayu tahun 2025
| No. | Famili | Nama lmiah | Nama Lokal | Zona | Jumlah | ||
|---|---|---|---|---|---|---|---|
| 1 | 2 | 3 | |||||
| Amfibi | |||||||
| 1 | Bufonidae | Duttaphrynusmelanostictus | Kodok buduk | 2 | 1 | 3 | |
| 2 | Dicroglossidae | Fejervarya cancrivora | Katak sawah | 3 | 30 | 1 | 34 |
| 3 | Dicroglossidae | Fejervarya limnocharis | Katak tegalan | 5 | 35 | 1 | 41 |
| 4 | Microhylidae | Kaloula baleata | Belentung | 1 | 1 | ||
| Reptil | |||||||
| 5 | Agamidae | Calotes versicolor | Bunglon taman | 1 | 21 | 13 | 35 |
| 6 | Colubridae | Dendrelaphis pictus | Ular lidah api | 2 | 2 | ||
| 7 | Colubridae | Fowlea melanzostus | Ular macan air | 1 | 1 | ||
| 8 | Colubridae | Xenochrophis vittatus | Ular kisik | 2 | 2 | ||
| 9 | Elapidae | Naja sputatrix | Ular kobra jawa | 1 | 1 | ||
| 10 | Gekkonidae | Cyrtodactylus marmoratus | Cicak batu | 2 | 5 | 2 | 9 |
| 11 | Gekkonidae | Hemidactylus frenatus | Cecak Rumah | 5 | 12 | 4 | 21 |
| 12 | Gekkonidae | Hemidactylus platyurus | Cecak tembok | 2 | 11 | 4 | 17 |
| 13 | Homalopsidae | Enhydris enhydris | Ular air pelangi | 1 | 1 | ||
| 14 | Homalopsidae | Enhydris plumbea | Ular air kelabu | 4 | 1 | 5 | |
| 15 | Lacertidae | Takydromus sexlineatus | Kadal rumput | 1 | 2 | 3 | |
| 16 | Scincidae | Eutropis multifasciata | Kadal kebun | 3 | 8 | 3 | 14 |
| 17 | Scincidae | Lygosoma quadrupes | Kadal ular | 1 | 1 | ||
| 18 | Trionychidae | Amyda cartilaginea | Labi-labi | 1 | 1 | ||
| 19 | Varanidae | Varanus salvator | Biawak air | 5 | 5 | ||
| Total | 21 | 137 | 39 | 197 | |||
Keterangan: (1) Zona inti, (2) Zona Penyangga, (3) Zona Pemanfaatan.
Dominansi Jenis Herpetofauna
Pengamatan yang dilakukan di PT PLN Nusantara Power UP Indramayu pada tahun 2025 terdapat jenis herpetofauna dominan yang ditemukan. Jenis dominan merupakan jenis herpetofauna yang paling sering dijumpai sehingga memiliki jumlah individu terbanyak, dari semua jenis herpetofauna yang dijumpai, terdapat 5 jenis yang paling dominan ditemukan di PT PLN Nusantara Power UP Indramayu (Tabel 18) yaitu bunglon taman (Calotes versicolor) dengan dominansi 17,7%, cecak rumah (Hemidactylus frenatus) dengan dominansi 10,6%, cecak tembok (Hemidactylus platyurus) dengan dominansi 8,6% untuk jenis reptil. Dominansi untuk jenis amfibi yaitu katak tegalan (Fejervarya limnocharis) dengan dominansi 20,7%, dan katak sawah dengan dominansi (Fejerfarya cancrivora) dengan dominansi 17,2%. Persentase dominansi jenis herpetofauna di PT PLN Nusantara Power UP Indramayu tahun 2025
| No | Famili | Nama Ilmiah | Nama Lokal | Dominansi |
| Amfibi | ||||
| 1 | Dicroglossidae | Fejervarya limnocharis | Katak tegalan | 20.8% |
| 2 | Dicroglossidae | Fejervarya cancrivora | Katak sawah | 17.3% |
| Reptil | ||||
| 3 | Agamidae | Calotes versicolor | Bunglon taman | 17.8% |
| 4 | Gekkonidae | Hemidactylus frenatus | Cecak Rumah | 10.7% |
| 5 | Gekkonidae | Hemidactylus platyurus | Cecak tembok | 8.6% |
Keanekaragaman Hayati Herpetofauna
Indeks Kekayaan Jenis
Zona inti merupakan zona dengan indeks kekayaan terendah. Zona inti merupakan zona pusat kegiatan produksi berjalan, sehingga banyak sekali aktivitas yang berlangsung pada zona inti. Zona inti juga memiliki sedikit pepohonan, banyak bangunan, saluran air yang tercemar dan mengering, sedikit dijumpai bebatuan, kayu, dan semak belukar menjadi faktor sedikitnya ditemukan herpetofauna pada zona inti. Zona inti juga merupakan zona terbatas untuk melakukan pengamatan dikarenakan tinggat bahaya yang tinggi pada zona tersebut.

Grafik indeks kekayaan jenis herpetofauna di PT PLN Nusantara Power UP Indramayu tahun 2021 – 2025
INDEKS KEANEKARAGAMAN JENIS
Hasil pemantauan pada tahun 2025 menunjukan kenaikan pada indeks keanekaragaman jenis dibandingkan pada tahun 2024 (Gambar 53). Indek keanekaragaman jenis tahun 2025 pada semua zona yaitu 2,28, zona inti memiliki nilai indeks 1,83; zona penyangga memiliki nilai indeks 2,15; dan zona pemanfaatan memiliki nilai indeks 2,13. Indeks keanekaragaman merupakan indeks yang menyatakan struktur komunitas dan kestabilan ekosistem. Semakin baik indeks keanekaragaman spesies, maka suatu ekosistem semakin stabil (Diana dan Andani 2020).

Grafik indeks keanekaragaman jenis herpetofuna di PT PLN Nusantara Power UP Indramayu thaun 2025
INDEKS KEMERATAAN JENIS
Terdapat lima jenis herpetofauna yang mendominasi di semua zona pemantauan, yaitu bunglon taman (Calotes versicolor) dengan dominansi 17,7%, cecak rumah (Hemidactylus frenatus) dengan dominansi 10,6%, cecak tembok (Hemidactylus platyurus) dengan dominansi 8,6% untuk jenis reptil. Dominansi untuk jenis amfibi yaitu katak tegalan (Fejervarya limnocharis) dengan dominansi 20,7%, dan katak sawah dengan dominansi (Fejerfarya cancrivora) dengan dominansi 17,2%. Nilai dominansi yang ditunjukan pada kelima jenis herpetofauna tersebut tidak melebihi 50%, sehingga walaupun nilai dominansi yang tinggi, hal tersebut tiak mengganggu keseimbangan rantai makanan.

Grafik indeks kemerataan jenis herpetofauna di PT PLN Nusantara Power UP Indramayu tahun 2025
Status Konservasi
Berdasarkan status konservasinya menurut daftar merah IUCN hanya satu jenis yang memiliki status Vulnerable (VU) atau terancam yaitu labi-labi (Amyda cartilaginea), sedangkan jenis herpetofauna yang lainnya memiliki status konservasi resiko rendah atau Least Concern (LC) (Tabel …). Status perdagangan CITES terdapat tiga jenis yang temasuk kedalam Apppendix II yaitu, Ular Kobra Jawa (Naja sputatrix), Labi-labi (Amyda cartilaginea), dan Biawak air (Varanus salvator). Status perdagangan ini menunjukan bahwa spesies tersebut belum mengalami ancaman kepunahan, tetapi ancaman tersebut dapat terjadi jika perdagangan spesies tersebut tidak dikontrol dengan ketat, dikarenakan spesies-spesies tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai hewan peliharaan maupun untuk dikonsumsi. Status dilindungi berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia No. 106 Tahun 2018 Tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang dilindungi tidak ditemukan, yang menandakan spesies herpetofauna yang ditemukan tidak memiliki status satwa yang dilindungi. Tidak terdapatnya status dilindungi, bukan mengartikan satwa tersebut tidak perlu mendapatkan perhatian, dan dapat dimanfaatkan secara bebas, dikarenakan setiap satwa memiliki peran penting dalam ekosistem.
Status konservasi dan perlindungan herpetofauna di PT PLN Nusantara Power UP Indramayu tahun 2025
| No. | Famili | Nama lmiah | Nama Lokal | Status Konservasi | ||
| IUCN | CITES | PP | ||||
| Amfibi | ||||||
| 1 | Bufonidae | Duttaphrynus melanostictus | Kodok buduk | LC | ||
| 2 | Dicroglossidae | Fejervarya cancrivora | Katak sawah | LC | ||
| 3 | Dicroglossidae | Fejervarya limnocharis | Katak tegalan | LC | ||
| 4 | Microhylidae | Kaloula baleata | Belentung | LC | ||
| Reptil | ||||||
| 5 | Agamidae | Calotes versicolor | Bunglontaman | LC | ||
| 6 | Colubridae | Dendrelaphis pictus | Ular lidah api | LC | ||
| 7 | Colubridae | Fowlea melanzostus | Ular macan air | LC | ||
| 8 | Colubridae | Xenochrophis vittatus | Ular kisik | LC | ||
| 9 | Elapidae | Naja sputatrix | Ular kobra jawa | LC | Appx II | |
| 10 | Gekkonidae | Cyrtodactylus marmoratus | Cicak batu | LC | ||
| 11 | Gekkonidae | Hemidactylus frenatus | Cecak Rumah | LC | ||
| 12 | Gekkonidae | Hemidactylus platyurus | Cecak tembok | LC | ||
| 13 | Homalopsidae | Enhydris enhydris | Ular air pelangi | LC | ||
| 14 | Homalopsidae | Enhydris plumbea | Ular air kelabu | LC | ||
| 15 | Lacertidae | Takydromus sexlineatus | Kadal rumput | LC | ||
| 16 | Scincidae | Eutropis multifasciata | Kadal kebun | LC | ||
| 17 | Scincidae | Lygosoma quadrupes | Kadal ular | LC | ||
| 18 | Trionychidae | Amyda cartilaginea | Labi-labi | VU | Appx II | |
| 19 | Varanidae | Varanus salvator | Biawak air | LC | Appx II | |
Keterangan:
Status Keterancaman (IUCN)
CR:Critically endangered (sangat terancam punah)
EN: Endangered (terancam punah)
VU : Vulnerable (terancam)
NT : Near Threatened (mendekati terancam)
NE : Not Evaluated (belum dievaluasi)
DD : Data Deficient (data kurang)
CD : Conservation Dependent (tergantung konservasi)
EX : Extinct (punah)
EW : Extinct in the wild (Punah di alam)
LC : Least Concern (Resiko rendah)
C2a(i) : Very small subpopulations or most mature
individuals in each subpopulation
Status Perdagangan (CITES)
Appendix I : Semua jenis yang terancam punah dan berdampak apabila diperdagangkan Perdagangan hanya diijinkan hanya dalam kondisi tertentu misalnya untuk riset ilmiah.
Appendix II : Jenis yang statusnya belum terancam tetapi akan terancam punah apabila dieksplotasi berlebihan.
Appendix III : Semua jenis yang juga dimasukkan dalam peraturan di dalam perdagangan dan negara lain berupaya mengontrol dalam perdagangan tersebut agar terhindar dari eksploitasi yang tidak berkelanjutan.
Status Perlindungan (PP)
UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya.
PP No. 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa.
Permen LHK Nomor P.106/MENLHK/SETJEN/ KUM.1/12/2018 Tentang Perubahan kedua atas Permen LHK Nomor P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 Tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi.
Serangga (Capung dan Kupu-kupu)
Temuan Jenis Serangga
Capung
Jumlah jenis yang ditemukan pada pemantauan tahun 2025 sama dengan tahun sebelumnya. Total jumlah jenis dan jumlah famili yang ditemukan di Kawasan PT PLN Nusantara Power UP Indramayu selama pemantauan 5 tahun terakhir adalah 19 jenis dari 3 famili. Tren jumlah jenis dan famili capung di PT PLN Nusantara Power UP Indramayu tersaji pada Gambar 55 sedangkan sebaran temuan jenis capung pada kawasan PT PLN Nusantara Power UP Indramayu dapat dilihat pada Tabel.

Tren temuan jenis dan famili capung tahun 2021 – 2025 di PT PLN Nusantara Power UP Indramayu
Sebaran jenis capung di lokasi PT PLN Nusantara Power UP Indramayu tahun 2025
| No | Famili | Nama ilmiah | Nama lokal | Zona | Jumlah | ||
| 1 | 2 | 3 | |||||
| 1 | Coenagrionidae | Agriocnemis femina | Capung-Jarum Centil | 2 | 7 | 5 | 14 |
| 2 | Coenagrionidae | Agriocnemis pygmaea | Capung-Jarum Kecil | 1 | 5 | 12 | 18 |
| 3 | Coenagrionidae | Ischnura senegalensis | Capung-Jarum Sawah | 8 | 55 | 37 | 100 |
| 4 | Coenagrionidae | Pseudagrion microcephalum | Capung-Jarum Kepala-Kecil | 3 | 17 | 20 | |
| 5 | Coenagrionidae | Pseudagrion rubriceps | Capung-Jarum Muka-Jingga | 3 | 3 | ||
| 6 | Libellulidae | Brachydiplax chalybea | Capung-Sambar Dada Karat | 1 | 1 | ||
| 7 | Libellulidae | Brachythemis contaminata | Capung-jemur Oranye | 12 | 13 | 25 | |
| 8 | Libellulidae | Crocothemis servilia | Capung-Sambar Garis-Hitam | 3 | 10 | 64 | 77 |
| 9 | Libellulidae | Diplacodes trivialis | Capung-Tengger Biru | 1 | 22 | 5 | 28 |
| 10 | Libellulidae | Macrodiplax cora | Capung-jemur Pesisir | 1 | 1 | ||
| 11 | Libellulidae | Orthetrum sabina | Capung-Sambar Hijau | 32 | 115 | 94 | 241 |
| 12 | Libellulidae | Pantala flavescens | Capung Kembara | 7 | 20 | 23 | 50 |
| 13 | Libellulidae | Potamarcha congener | Capung-Sambar Perut-Pipih | 1 | 2 | 6 | 9 |
| 14 | Libellulidae | Tholymis tillarga | Capung-Sambar Senja | 4 | 9 | 13 | |
Hasil pemantauan pada tahun 2025 menunjukkan bahwa zona dengan jumlah temuan jenis capung terbanyak ada pada zona 3 (zona pemanfaatan) sebanyak 14 jenis, sedangkan pada zona 2 (zona penyangga) sebanyak 12 jenis dan paling sedikit terdapat di zona 1 (zona inti) yaitu 8 jenis. Zona pemanfaatan menjadi lokasi strategis berbagai jenis capung untuk berkembang-biak sebab memiliki ekosistem yang mendukung kehidupan capung. Komponen ekosistem tersebut yaitu kondisi lingkungan yang masih asri serta masih terpenuhinya komponen seperti air, tumbuhan bawah, dan area berlindung dari predator. Siklus hidup capung sangat bergantung terhadap ketersediaan air, setelah terjadi kopulasi capung akan bertelur di air atau disisipkan diantara tanaman air (Rahadi et al. 2013).
Kupu-kupu
Hasil pemantauan kupu-kupu di kawasan PT PLN Nusantara Power UP Indramayu tahun 2025 ditemukan jenis kupu-kupu sebanyak 26 jenis dari 5 famili. Jumlah jenis yang ditemukan pada pemantauan tahun 2025 memiliki jumlah yang lebih sedikit dari tahun sebelumnya. Total jumlah jenis dan jumlah famili yang sudah ditemukan selama pemantauan dari tahun 2021-2025 adalah 41 jenis dari 5 famili. Tren jumlah jenis dan famili kupu-kupu di PT PLN Nusantara Power UP Indramayu dapat dilihat pada.

Tren temuan jenis dan famili kupu-kupu tahun 2021 – 2025 di PT PLN Nusantara Power UP Indramayu
Pemantauan kupu-kupu tahun 2025 ditemukan beberapa jenis baru antara lain Belenois java (Gambar 59), Euploea midamus (Gambar 60), dan Moduza procris (Gambar 61). Jenis baru ini ditemukan pada ekosistem yang ada pada zona pemanfaatan di PT PLN Nusantara Power UP Indramayu. Ekosistem tersebut mendukung kebutuhan siklus hidup mereka yaitu menyediakan tumbuhan inang (host plant) sebagai pakan penting bagi larva kupu-kupu.
Sebaran jenis kupu-kupu di lokasi PT PLN Nusantara Power UP Indramayu tahun 2025
| No | Famili | Nama ilmiah | Nama lokal | Zona | Jumlah | ||
| 1 | 2 | 3 | |||||
| 1 | Hesperiidae | Pelopidas conjuncta | Conjoined swift | 1 | 1 | ||
| 2 | Lycaenidae | Euchrysops cnejus | Gram blue | 4 | 20 | 24 | |
| 3 | Lycaenidae | Zizina otis | Lesser grass blue | 6 | 16 | 2 | 24 |
| 4 | Lycaenidae | Zizula hylax | Tiny grass blue | 4 | 1 | 3 | 8 |
| 5 | Nymphalidae | Acraea terpsicore | Tawny coaster | 1 | 2 | 3 | |
| 6 | Nymphalidae | Danaus chrysippus | Plain tiger | 6 | 3 | 9 | |
| 7 | Nymphalidae | Danaus genutia | Striped tiger | 9 | 9 | ||
| 8 | Nymphalidae | Euploea midamus | Blue-spotted crow | 3 | 3 | ||
| 9 | Nymphalidae | Euploea mulciber | Striped blue crow | 6 | 6 | ||
| 10 | Nymphalidae | Euthalia aconthea | Common baron | 6 | 1 | 7 | |
| 11 | Nymphalidae | Hypolimnas bolina | Great eggfly | 1 | 11 | 12 | |
| 12 | Nymphalidae | Hypolimnas misippus | Danaid eggfly | 3 | 3 | ||
| 13 | Nymphalidae | Junonia almana | Peacock pansy | 1 | 1 | ||
| 14 | Nymphalidae | Junonia atlites | Grey pansy | 7 | 7 | ||
| 15 | Nymphalidae | Junonia orithya | Blue pansy | 3 | 29 | 3 | 35 |
| 16 | Nymphalidae | Moduza procris | Commander | 1 | 1 | ||
| 17 | Papilionidae | Graphium doson | Common jay | 1 | 1 | ||
| 18 | Papilionidae | Papilio demoleus | Lime swallowtail | 3 | 3 | ||
| 19 | Pieridae | Appias libythea | Striped albatross | 4 | 27 | 8 | 39 |
| 20 | Pieridae | Appias olferna | Eastern striped albatross | 4 | 4 | ||
| 21 | Pieridae | Belenois java | Caper white | 2 | 2 | ||
| 22 | Pieridae | Catopsilia pomona | Lemon emigrant | 4 | 2 | 6 | |
| 23 | Pieridae | Catopsilia scylla | Orange emigrant | 2 | 2 | ||
| 24 | Pieridae | Delias hyparete | Painted jezebel | 7 | 44 | 25 | 76 |
| 25 | Pieridae | Eurema hecabe | Common grass yellow | 12 | 20 | 31 | 63 |
| 26 | Pieridae | Leptosia nina | Psyche | 3 | 26 | 29 | |
Dominansi Jenis Serangga
Hasil pemantauan capung pada kawasan PT PLN Nusantara Power UP Indramayu tahun 2023 menemukan 5 jenis capung yang mendominasi. Kelima jenis tersebut antara lain Orthretum sabina, Ischnura senegalensis, Crocothemis servilia, dan Diplacodes trivialis. Persentase nilai indeks dominansi jenis dapat dilihat pada Tabel.
Persentase dominansi jenis capung di PT PLN Nusantara Power UP Indramayu tahun 2025
|
No |
Famili |
Jenis |
Dominansi (%) |
|
1 |
Libellulidae |
Orthetrum sabina |
40,17 |
|
2 |
Coenagrionidae |
Ischnura senegalensis |
16,67 |
|
3 |
Libellulidae |
Crocothemis servilia |
12,83 |
|
4 |
Libellulidae |
Pantala flavescens |
8,33 |
|
5 |
Libellulidae |
Diplacodes trivialis |
4,67 |
Beragamnya jumlah temuan jenis kupu-kupu di kawasan PT PLN Nusantara Power UP Indramayu menunjukkan bahwa terdapat beberapa jenis yang mendominasi pada saat pemantauan. Jenis mendominasi artinya saat pemantauan memiliki jumlah individu terbanyak di suatu lokasi. Lima jenis yang paling mendominasi adalah Delias hyparete, Eurema hecabe, Appias libythea, Junonia orithya, dan Leptosia nina. Semua jenis berasal dari famili Pieridae, kecuali Junonia orithya dari famili Nymphalidae. Persentase nilai dominansi kelima jenis kupu-kupu di kawasan PT PLN Nusantara Power UP Indramayu dapat dilihat pada Tabel.
Persentase dominansi jenis kupu-kupu di PT PLN Nusantara Power UP Indramayu tahun 2025
|
No |
Famili |
Jenis |
Dominansi (%) |
|
1 |
Pieridae |
Delias hyparete |
20,11 |
|
2 |
Pieridae |
Eurema hecabe |
16,67 |
|
3 |
Pieridae |
Appias libythea |
10,32 |
|
4 |
Nymphalidae |
Junonia orithya |
9,26 |
|
5 |
Pieridae |
Leptosia nina |
7,67 |
Keanekaragaman Hayati Serangga
Indeks kekayaan jenis (R)
Capung
Hasil analisis indeks kekayaan jenis capung pada pemantauan kawasan PT PLN Nusantara Power UP Indramayu menunjukkan bahwa nilai indeks tertinggi terdapat pada zona pemanfaatan sebesar 2,12 dan terendah terdapat pada zona inti sebesar 1,75. Hasil analisis indeks kekayaan jenis secara menyeluruh menunjukkan bahwa terjadi sedikit penurunan dari tahun sebelumnya, dari 2,08 menjadi 2,03. Nilai indeks kekayaan jenis yang semakin tinggi dapat diartikan bahwa jumlah jenis yang ditemukan pada suatu lokasi semakin melimpah, dan sebaliknya. Nilai indeks kekayaan jenis capung di setiap zona pemantauan dari kurun waktu tahun 2021 – 2025 dapat dilihat pada Gambar 66.

Grafik indeks kekayaan jenis capung di PT PLN Nusantara Power UP Indramayu tahun 2021 – 2025
Jumlah jenis capung yang ditemukan pada tahun 2025 sama dengan tahun sebelumnya artinya kondisi habitat untuk kelangsungan hidup capung di kawasan PT PLN Nusantara Power UP Indramayu kurang lebih sama dengan tahun sebelumnya terutama kondisi kualitas air. Capung termasuk ke dalam serangga aquatik dimana sebagian siklus hidupnya terjadi di air. Capung akan memilih dan mencari sumber air yang melimpah seperti pada kolam, parit-parit sawah, serta selokan untuk meletakkan telurnya hingga menetas dan berkembang biak. Beberapa jenis capung memiliki sifat pemilih habitat (habitat specialist) dan sangat peka terhadap salinitas air (Irawan dan Rahadi 2018), seperti pada capung dari sub ordo zygoptera (capung jarum) hanya akan bertahan hidup pada air bersih (Nugrahani 2014). Oleh karena sifatnya yang sangat sensitif terhadap perubahan kandungan zat dalam air, perubahan jumlah jenis capung dapat dijadikan sebagai indikator alami kualitas perairan (Sumarni 2018).
Hasil analisis indeks kekayaan kupu-kupu di kawasan PT PLN Nusantara Power UP Indramayu menunjukkan bahwa kekayaan jenis tertinggi berada di zona pemanfaatan sebesar 3,99 dan terendah pada zona inti 1,86. Nilai indeks kekayaan jenis secara keseluruhan mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu dari 4,11 ke 4,21 meskipun terdapat penurunan indeks pada zona penyangga dan zona pemanfaatan. Hal tersebut menunjukkan bahwa jenis kupu-kupu yang ditemukan kelimpahannya tetap lebih tinggi dari tahun sebelumnya. Berikut dapat dilihat nilai indeks kekayaan jenis kupu-kupu pada setiap zona dan keseluruhan zona pemantauan tahun 2021-2025 pada.

Grafik indeks kekayaan jenis kupu-kupu di PT PLN Nusantara Power UP Indramayu tahun 2021-2025
Capung
Hasil pemantauan jenis capung di kawasan PT PLN Nusantara Power UP Indramayu menunjukkan bahwa nilai indeks keanekaragaman jenis tertinggi terdapat pada zona pemanfaatan sebesar 1,98 dan terendah pada zona inti 1,04. Nilai indeks keanekaragaman jenis pada setiap zona dan seluruh zona mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. Hasil ini menunjukkan bahwa jumlah individu jenis yang ditemukan semakin menurun dibandingkan tahun sebelumnya. Nilai indeks keanekaragaman jenis capung di setiap zona pemantauan tahun 2021 – 2025 dapat dilihat pada.

Grafik indeks keanekaragaman jenis capung di PT PLN Nusantara Power UP Indramayu tahun 2021-2025
Hasil analisis indeks keanekaragaman jenis kupu-kupu di kawasan PT PLN Nusantara Power UP Indramayu tahun 2025 menunjukkan bahwa nilai indeks tertinggi terdapat pada zona pemanfaatan sebesar 2,47 sedangkan terendah terdapat pada zona inti sebesar 1,96. Nilai indeks keanekaragaman jenis kupu-kupu mengalami peningkatan kecuali di zona penyangga. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah individu tiap jenis yang ditemukan mengalami perubahan dibandingkan tahun sebelumnya. Nilai indeks keanekaragaman jenis kupu-kupu setiap zona dan seluruh zona tahun 2021-2025 dapat dilihat pada Gambar 69.

Grafik indeks keanekaragaman jenis kupu-kupu di PT PLN Nusantara Power UP Indramayu tahun 2021-2025
Hasil analisis indeks kemerataan jenis capung di kawasan PT PLN Nusantara Power UP Indramayu menunjukkan bahwa nilai indeks kemerataan jenis tertinggi terdapat pada lokasi zona pemanfaatan sebesar 0,77 dan terendah pada zona inti yaitu 0,5. Nilai indeks kemerataan jenis keseluruhan zona pemantauan lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yaitu sebesar 0,72. Nilai indeks kemerataan jenis capung di setiap zona pemantauan pada tahun 2021 – 2025 dapat dilihat pada.

Grafik indeks kemerataan jenis capung di PT PLN Nusantara Power UP Indramayu tahun 2021-2025
Hasil analisis terhadap indeks kemerataan kupu-kupu di PT PLN Nusantara Power UP Indramayu menunjukkan bahwa tingkat kemerataan jenis kupu-kupu tertinggi terdapat pada zona inti sebesar 0,94 dan zona lain sebesar 0,80. Nilai indeks secara keseluruhan meningkat dari tahun sebelumnya yaitu 0,80. Nilai indeks kemerataan tiap zona dan keseluruhan zona pada kurun waktu 2021-2025 dapat dilihat pada.

Grafik indeks kemerataan jenis kupu-kupu di PT PLN Nusantara Power UP Indramayu tahun 2021-2025
Status Konservasi Serangga
Serangga capung dan kupu-kupu yang ditemukan di kawasan PT PLN Nusantara Power UP Indramayu sebanyak 14 jenis capung dan 26 jenis kupu-kupu termasuk ke dalam daftar merah IUCN (International Union for Conservation of Nature). Hampir semua jenis termasuk ke dalam kategori LC (Least Concern), sisanya belum terkategori oleh IUCN. Selain IUCN, serangga yang ditemukan tidak ada yang dilindungi menurut CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora) dan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 106 Tahun 2018. Daftar jenis capung dan kupu-kupu yang termasuk dalam daftar merah IUCN berurutan dapat dilihat pada Tabel. Tabel Status konservasi dan perlindungan serangga di PT PLN Nusantara Power UP Indramayu
| No | Famili | Nama ilmiah | Nama lokal | IUCN | CITES | PP | |
|---|---|---|---|---|---|---|---|
| Capung | |||||||
| 1 | Coenagrionidae | Agriocnemis femina | Capung-Jarum Centil | LC | |||
| 2 | Coenagrionidae | Agriocnemis pygmaea | Capung-Jarum Kecil | LC | |||
| 3 | Coenagrionidae | Ischnura senegalensis | Capung-Jarum Sawah | LC | |||
| 4 | Coenagrionidae | Pseudagrion microcephalum | Capung-Jarum Kepala-Kecil | LC | |||
| 5 | Coenagrionidae | Pseudagrion rubriceps | Capung-Jarum Muka-Jingga | LC | |||
| 6 | Libellulidae | Brachydiplax chalybea | Capung-Sambar Dada Karat | LC | |||
| 7 | Libellulidae | Brachythemis contaminata | Capung-jemur Oranye | LC | |||
| 8 | Libellulidae | Crocothemis servilia | Capung-Sambar Garis-Hitam | LC | |||
| 9 | Libellulidae | Diplacodes trivialis | Capung-Tengger Biru | LC | |||
| 10 | Libellulidae | Macrodiplax cora | Capung-jemur Pesisir | LC | |||
| 11 | Libellulidae | Orthetrum sabina | Capung-Sambar Hijau | LC | |||
| 12 | Libellulidae | Pantala flavescens | Capung Kembara | LC | |||
| 13 | Libellulidae | Potamarcha congener | Capung-Sambar Perut-Pipih | LC | |||
| 14 | Libellulidae | Tholymis tillarga | Capung-Sambar Senja | LC | |||
| Kupu-kupu | |||||||
| 1 | Hesperiidae | Pelopidas conjuncta | Conjoined swift | – | |||
| 2 | Lycaenidae | Euchrysops cnejus | Gram blue | – | |||
| 3 | Lycaenidae | Zizina otis | Lesser grass blue | LC | |||
| 4 | Lycaenidae | Zizula hylax | Tiny grass blue | LC | |||
| 5 | Nymphalidae | Acraea terpsicore | Tawny coaster | – | |||
| 6 | Nymphalidae | Danaus chrysippus | Plain tiger | LC | |||
| 7 | Nymphalidae | Danaus genutia | Striped tiger | – | |||
| 8 | Nymphalidae | Euploea midamus | Blue-spotted crow | – | |||
| 9 | Nymphalidae | Euploea mulciber | Striped blue crow | – | |||
| 14 | Nymphalidae | Euthalia aconthea | Common baron | – | |||
| 10 | Nymphalidae | Hypolimnas bolina | Great eggfly | – | |||
| 11 | Nymphalidae | Hypolimnas misippus | Danaid eggfly | LC | |||
| 12 | Nymphalidae | Junonia almana | Peacock pansy | LC | |||
| 13 | Nymphalidae | Junonia atlites | Grey pansy | – | |||
| 15 | Nymphalidae | Junonia orithya | Blue pansy | LC | |||
| 16 | Nymphalidae | Moduza procris | Commander | – | |||
| 17 | Papilionidae | Graphium doson | Common jay | – | |||
| 18 | Papilionidae | Papilio demoleus | Lime swallowtail | NA | |||
| 19 | Pieridae | Appias libythea | Striped albatross | – | |||
| 20 | Pieridae | Appias olferna | Eastern striped albatross | – | |||
| 21 | Pieridae | Belenois java | Caper white | – | |||
| 22 | Pieridae | Catopsilia pomona | Lemon emigrant | – | |||
| 23 | Pieridae | Catopsilia scylla | Orange emigrant | – | |||
| 24 | Pieridae | Delias hyparete | Painted jezebel | – | |||
| 25 | Pieridae | Eurema hecabe | Common grass yellow | LC | |||
| 26 | Pieridae | Leptosia nina | Psyche | – | |||
Keterangan:
Status Keterancaman (IUCN)
CR : Critically endangered (sangat terancam punah)
EN : Endangered (terancam punah)
VU : Vulnerable (terancam)
NT : Near Threatened (mendekati terancam)
NE : Not Evaluated (belum dievaluasi)
DD : Data Deficient (data kurang)
CD : Conservation Dependent (tergantung konservasi)
EX : Extinct (punah)
EW : Extinct in the wild (Punah di alam)
LC : Least Concern (Resiko rendah)
C2a (i) : Very small subpopulations or most mature individuals in each subpopulation
Status Perdagangan (CITES)
Appendix I : Semua jenis yang terancam punah dan berdampak apabila diperdagangkan.
Perdagangan hanya diijinkan hanya dalam kondisi tertentu misalnya untuk riset ilmiah.
Appendix II : Jenis yang statusnya belum terancam tetapi akan terancam punah apabila dieksplotasi berlebihan.
Appendix III : Semua jenis yang juga dimasukkan dalam peraturan di dalam perdagangan dan negara lain berupaya mengontrol dalam perdagangan tersebut agar terhindar dari eksploitasi yang tidak berkelanjutan.
Status Perlindungan (PP)
– UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya.
– PP No. 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa.
– Permen LHK Nomor P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018 Tentang Perubahan kedua atas Permen LHK Nomor P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 Tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi.